Rabu, 23 April 2008

1Korintus 12:20-26

ORGAN TETAP BERBUNYI

Malahan justru anggota-anggota tubuh yang tampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan

(1Korintus 12:22)

Beberapa tahun lalu, seorang pemain organ yang handal melakukan konser. (Di masa itu, organ harus dipompa dari belakang panggung agar tabung-tabungnya terisi udara.) Setiap satu lagu berakhir, para penonton bertepuk tangan meriah. Sebelum membawakan lagu terakhir, sang pemain organ berdiri dan berkata, "Sekarang saya akan memainkan ...", lalu ia mengumumkan judul lagunya. Ia duduk kembali dan bersiap untuk memainkan organ. Dengan kaki menginjak pedal dan tangan menekan tuts, ia memulainya dengan chord yang sangat megah. Namun, organ itu tidak berbunyi. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang panggung, "Jangan cuma 'saya', tetapi katakan 'kita'."

Dalam pekerjaan Tuhan, ada banyak kesempatan untuk mencapai prestasi pribadi. Kemampuan kita adalah pemberian Allah, dan Roh Kudus menolong kita unggul dalam bidang yang dapat kita kerjakan dengan baik. Namun, merasa diri paling hebat dan memandang remeh bantuan orang lain dapat menghancurkan semuanya. Tak ada seorang kristiani pun yang menapaki tangga keberhasilannya sendirian. Mereka diiringi oleh ibu, ayah, teman-teman, suami, istri, anak-anak yang berdoa, berkorban, dan melakukan apa saja untuk membantu.

Sadarilah bahwa kita berutang kepada banyak orang, dan kita perlu bersyukur atas peran penting mereka dalam pekerjaan Tuhan di dalam dan melalui diri kita. Sebuah ungkapan terima kasih melalui kartu ucapan, ucapan penghargaan, ataupun perbuatan kasih yang tulus akan sangat membantu untuk membuat "organ tetap berbunyi"

Selasa, 22 April 2008

Filipi 4:1-7

"KASIHANILAH SAYA”

Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa ..

(Filipi 4:6)

Anda mungkin pernah memainkan permainan ini sewaktu masih kecil. Anda menjalin jari Anda dengan jari seorang teman, lalu berusaha menekuk jarinya sampai Anda atau dia berteriak, "Kasihanilah saya!" Pemenangnya adalah yang berhasil membuat lawannya menyerah.

Terkadang kita mencoba memainkan permainan "Kasihanilah saya!" dengan Allah saat berdoa. Kita memiliki sebuah permohonan dan kita sangat berharap permintaan itu dijawab dengan cara tertentu. Lalu kita mulai "menekuk jari Tuhan" dan berusaha membuat-Nya menyerah. Namun, ketika tampaknya kita tidak mungkin menang, kita mencoba lebih keras lagi untuk meyakinkan Dia dengan merengek atau menawar. Mungkin akhirnya kita terpaksa menyerah sambil berkata, "Tuhan, Engkau selalu menang! Ini tidak adil!"

Allah betul-betul mendambakan kejujuran. Namun, kerap kali dalam kejujuran, jiwa peminta-minta kita muncul. Dalam hati kecil kita, kita sadar doa bukanlah pertandingan dengan Allah di mana kita selalu berupaya untuk menang. Alangkah baiknya jika kita mengutarakan permohonan kepada Tuhan, menyerahkan semuanya kepada-Nya, bersandar pada kasih karunia-Nya, dan menantikan jawaban-Nya (Filipi 4:6,7). Seorang pengarang, Hannah Whitall Smith, berkata, "Bersukacitalah dan rindukanlah untuk berpasrah tanpa syarat ke dalam tangan-Nya yang penuh kasih, serta menyerahkan seluruh wewenang kepada-Nya."

Daripada berdoa dengan pernyataan yang tidak tulus, "Tuhan, Engkau selalu menang", ... Lebih baik berserah kepada-Nya. Katakanlah, "Kasihanilah saya!"

"Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk”


(Kis4:13-21 ; Mrk16:9-15)

“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk16:9-15).



Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”, itulah perintah Yesus kepada para murid setela Ia menampakkan Diri kepada mereka. Perintah ini juga terarah kepada kita semua yang percaya kepadaNya, maka marilah kita laksanakan atau hayati dalam hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Injil berarti warta gembira, maka memberitakan Injil berarti menyebarluaskan warta gembira. Kehadiran, sepak terjang maupun pelayanan kita kapanpun dan dimanapun hendaknya menjadi warta gembira bagi orang lain atau sesama, tentu saja kita sendiri semakin gembira atau selamat jiwa kita dan mereka yang menerima pelayanan atau kena dampak hidup dan cara bertindak kita juga semakin atau menjadi gembira, selamat jiwa dan raganya. Secara konkret pada waktu kini yang masih sarat dengan berbagai bencana alam seperti banjir, kelaparan atau kurang gizi, baiklah jika kita memperhatikan para korban dengan menyampaikan aneka kebutuhan mereka agar dapat hidup layak dan sejahtera secara sosio-ekonomis. Memang sejahtera secara ekonomis belum tentu menjamin kesejahteraan atau keselamatan jiwa, namun hemat saya orang yang sejahtera secara sosial-ekonomis akan lebih mudah untuk menuju ke keselamatan atau kesejahteraan jiwa. Setiap hari melalui aneka macam sarana media massa kita dapat menyaksikan atau membaca berbagai informasi perihal musibah atau bencana; semoga kita tergerak untuk ‘pergi dan memberitakan kabar baik’, berani melerpaskan sebagian harta benda/uang atau tenaga kita bagi korban musibah atau bencana. Ingatlah bahwa kita adalah murid atau pengikut Yesus, Penyelamat Dunia, maka dimana ada bagian dari dunia yang tidak selamat, ke sanalah kita dianggil atau diutus untuk mendatangi dan menyelamatkan.

· "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kis4:19-20), demikian jawaban Petrus dan Yohanes, yang ditekan semakin keras oleh para Imam Besar Yahudi dalam persidangan. Mendengar jawaban tersebut para Imam Besar pun tidak berani menangkap mereka, bahkan melepaskan mereka. “Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi.” (Kis4:21). Taat kepada Allah itulah yang harus kita tiru dan hayati di dalam hidup sehari-hari, dan itulah cirikhas orang beriman dan beragama. “Deus semper maior est” , Tuhan Allah senantiasa lebih besar, lebih kuat, lebih kuasa. Bersama dan bersatu dengan Allah tiada ketakutan sedikitpun, meskipun harus hidup dan bekerja atau berjuang sendirian. Rasanya di dunia ini lebih banyak orang yang hidup dan bersama dengan Allah, lebih banyak orang yang baik dan bermoral daripada orang jahat dan tak bermoral. Maka ketika kita berbuat baik dan bermoral pasti akan memperoleh dukungan banyak orang. Bukankah hal ini pernah terjadi di dunia ini, antara lain “people power” di Manila, Filipina yang menggulingkan dictator, presiden Marcos atau demo rakyat di Jakarta yang mengguling presiden Suharta? Pengalaman telah menunjukkan dan membuktikan bahwa taat kepada Allah, yang berarti hidup jujur, disiplin, tidak korupsi dst..memperoleh dukungan rakyat banyak dalam mengalahkan orang yang gila harta, kuasa/kedudukan dan kehormatan duniawi, maka marilah kita senantiasa taat kepada Allah dimanapun dan kapanpun juga.



“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.” (Mzm118:14-18)

Jakarta, 29 Maret 2008

Tgl 28Mar2008 oleh Rm.I. Sumarya, S.J

Jum'at 4 April 2008

Memberi Karena Telah Diberi

Buka dan Bacalah : 2 Korintus 9:1-8

"…sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

(2 Korintus 9:7)

Kurban ini diberikan atas nama almarhum ....dan pahalanya ditujukan kepada ..“ pengumuman ini terdengar hampir setengah hari pada waktu hari raya kurban tahun 2007. Memberi dengan tujuan agar memperoleh pahala. Mungkin ada yang berkata, itu kan konsep orang yang tidak mengenal Kristus. Benar! Tapi bukankah jiwa memberi seperti ini juga sering ditonjol-tonjolkan gereja Tuhan? Lihat saja kalau sudah waktunya pengumpulan persembahan. Seorang liturgis akan membacakan ayat referensinya, yakni siapa memberi banyak akan menuai banyak (ay 6). Bukankah ini memberi berharap kembali bahkan kembali lebih banyak.

Sebaiknya kita jangan berhenti hanya pada ayat 6 ini. Sebab Paulus masih melanjutkannya pada ayat 7; bahwa memberi itu harus dengan sukacita. Makna persembahan adalah sebuah pemberian. Totalitas kehidupan Yesus adalah memberi untuk kepentingan manusia bukan untuk kepentingan-Nya. Inilah makna dasar memberi bagi pengikut Kristus.

Oleh sebab itu gereja Tuhan hendaknya tidak memaknai pemberian persembahan secara sempit. Allah di dalam Yesus telah memberikan seluruh hidup-Nya demi kita. Jadi memberi bagi kita adalah bentuk respon akan segala kasih sayang Tuhan yang telah kita terima. Memberi karena telah diberi, Sehingga pemberian kita lahir dari kasih kita kepada Tuhan. Pemberian itu harus di dasari dengan sukacita dan hati yang rela (ay 7). Memberi berharap kembali adalah memberi untuk kepentingan diri sendiri. Model memberi seperti ini terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari, yaitu orang lebih suka memberi kepada orang kaya, kepada pimpinan, dstnya. Mengapa ? Karena memberi berharap kembali. Pemberian seperti ini tidak dikehendaki oleh Yesus.

KITA SANGAT BERGUNA BAGI ALLAH

BILA KITA SANGAT BERGUNA BAGI SESAMA

12 Maret 2008 (Teduhkanlah Hatimu...)

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan Percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Mazmur 37:5)

Jennie membiarkan tubuhnya menjadi gemuk. Anak-anak perempuan lainnya di Kelas Delapan memakai baju berukuran Lima atau Tujuh, tetapi Jennie memakai ukuran Enam Belas.

"Apa yang harus saya lakukan?" keluhnya suatu hari, sambil menatap bayangan dirinya di sebuah jendela toko ketika ia akan masuk untuk membeli Es Krim. "Semua orang akan pergi berenang liburan ini, tapi saya kelihatan sangat jelek jika memakai baju renang sehingga saya merasa malu untuk pergi, Mengerikan sekali !!!", keluhnya.

Jennie telah mempelajari di sekolah bahwa penampilannya bukanlah masalah satu-satunya. Kelebihan berat badan berbahaya bagi kesehatan Jantung dan Paru-Paru seseorang dan secara otomatis mempengaruhi bagian tubuh lainnya. Dia tidak dapat berlari dengan baik, sehingga dia tidak dapat mengikuti kegiatan olahraga apa saja. Teman-temannya membuat lelucon mengenai keadaannya, dan dia tidak memiliki sahabat yang benar-benar karib.

Hal yang paling buruk adalah nampaknya dia harus makan. Dokter telah mengatakan kepadanya,"Berat badanmu bukan disebabkan kerena kelenjar atau hormon. Hal itu disebabkan karena kamu makan terlalu banyak!".

Apa yang harus dilakukannya? mengabaikan kue cake, donat, kentang goreng, serta kentang halus yang disirami kuah yang sangat lezat??? "Oh, Tidak!!!", pikiran Jennie menjerit. Seluruh keluarganya makan makanan lezat seperti itu, dan hanya ada dorongan yang sangat kecil untuk menghilangkan kelezatan itu dari menu makannya.

Tapi Jennie telah membuat keputusan. Ketika sampai dirumah ia berpikir,"saya tidak peduli dengan apa yang dimakan oleh anggota keluarga saya, dan saya tetap akan mengubah cara hidup saya". Dia mengeluarkan buku kesehatannya dan mempelajari tabel berat badan. Dengan tinggi badan 5 kaki 4 inchi dia seharusnya memiliki berat badan sebanyak 117 pon. Tapi beratnya sekarang adalah 153 pon, jadi dia harus menghilangkan kelebihan sebesar 36 pon. Bagaimana ia akan melakukannya??? Hal tersebut memerlukan perencanaan yang seksama.

Rencana seperti apa yang saya perlukan untuk mengatasi masalah ini? dia bertanya-tanya. Rencana yang terbaik selalu dimulaikan dengan Allah. maka, Jennie memutuskan untuk memulaikannya dengan Allah. Dia akan mengikuti metode-metode Allah dalam membentuk tubuhnya.

Tidak peduli perubahan apa yang perlu engkau lakukan dalam kehidupanmu hari ini, engkau juga harus memulaikannya dengan Allah.

Under Construction

This Blog is Still under process.
We regret for this inconvenience...